Friday, April 17, 2020

BAHAN AJAR INSTRUMENTASI ELEKTRONIS SENSOR DAN TRANSDUSER



1.9. Sensor Efek Hall

Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan perubahan posisinya. Perubahan medan magnet yang terus menerus menyebabkan timbulnya pulsa yang kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor jenis ini biasa digunakan sebagai pengukur kecepatan.

Sensor Hall Effect digunakan untuk mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran atau ketidakhadiran suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Half-Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linearn digunakan untuk mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada konduktordan funsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit switch, sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika output sebagai interface gerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban dengan buffer amplifier.




Gambar 1.7. Diagram Hall Effect Keterangan gambar :
1.      Elektron

2.      Sensor Hall atau Elemen Hall

3.      Magnet

4.      Medan Magnet

5.      Power Source

Gambar diagram hall effect tersebut tersebut menunjukkan aliran elektron. Dalam gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall mengambil kutub negatif pada sisi atas dan kutub positif pada sisi bawah. Dalam gambar B dan C, baik arus listrik ataupun medan magnet dibalik, menyebabkan polarisasi juga terbalik. Arus dan medan magnet yang dibalik ini menyebabkan sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi atas.

Hall Effect tergantung pada beda potensial (tegangan Hall) pada sisi yang berlawanan dari sebuah lembar tipis material konduktor atau semikonduktor dimana arus listrik mengalir, dihasilkan oleh medan magnet yang tegak lurus dengan elemeh Hall. Perbandingan tegangan yang dihasilkan oleh jumlah arus dikenal dengan tahanan Hall,dan tergantung pada karakteristik bahan. Dr. Edwin Hall menemukan efek ini pada tahun 1879.

Hall Effect dihasilkan oleh arus pada konduktor. Arus terdiri atas banyak beban kecil yang membawa partikel-partikel (biasanya elektron) dan membawa gaya Lorentz pada medan magnet. Beberapa beban ini berakhir di sisi – sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada konduktor besar dimana jarak antara dua sisi cukup besar.

Salah satu yang paling penting dari Hall Effect adalah perbedaan antara beban positif bergerak dalam satu arah dan beban negatif bergerak pada kebalikannya. Hall Effect memberikan bukti nyata bahwa arus listrik pada logam dibawa oleh elektron yang bergerak, bukan oleh proton. Yang cukup menarik, Hall Effect juga menunjukkan bahwa dalam beberapa substansi (terutama semikonduktor), lebih cocok bila kita berpikir arus sebagai “holes” positif yang bergerak daripada elektron.





Gambar 1.8 Pengukuran Tegangan Hall

Dengan mengukur tegangan Hall yang melalui bahan, kita dapat menentukan kekuatan medan magnet yang ada. Hal ini bisa dirumuskan :




Dimana VH adalah tegangan yang melalui lebar pelat, I adalah arus yang melalui panjang pelat, B adalah medan magnet, d adalah tebal pelat, e adalah elektron, dan n adalah kerapatan elektron pembawa. Dalam keberadaan kekuatan medan magnetik yang besar dan temperatur rendah, kita dapat meneliti quantum Hall effect, yang dimana adalah kuantisasi tahanan Hall.

Dalam bahan ferromagnetik (dan material paramagnetik dalam medan magnetik), resistivitas Hall termasuk kontribusi tambahan, dikenal sebagai Anomalous Hall Effect (Extraordinary Hall Effect), yang bergantung secara langsung pada magnetisasi bahan, dan sering lebih besar dari Hall Effect biasa. Walaupun sebagai sebuah fenomena yang dikenal baik, masih ada perdebatan tentang keberadaannya dalam material yang bervariasi. Anomalous Hall Effect bisa berupa efek ekstrinsik bergantung pada putaran yang menyebar dari beban pembawa, atau efek intrinsik yang dapat dijelaskan dengan efek Berry phase dalam momentum space kristal.

Hall effect menghasilkan level sinyal yang sangat rendah dan membutuhkan amplifikasi. Amplifier tabung vakum pada abad 20 terlalu mahal, menghabiskan tenaga dan kurang andal dalam aplikasi sehari-hari. Dengan pengembangan IC berharga murah maka Hall Effect Sensor menjadi berguna untuk banyak aplikasi. Alat Hall Effect saat disusun den-gan tepat akan tahan dengan debu, kotoran, lumpur dan air. Sifat ini menyebabkan alat Hall Effect lebih baik untuk sensor posisi daripada alat alternatif lainnya seperti sensor optik dan elektromekanik.

Hall effect sensor sering dipakai untuk Split ring clamp-on sensor, Analog multiplication, Power sensing, Position and motion sensing, Automotive ignition dan fuel injection serta Wheel rotation sensing. Sensor ini banyak tersedia di berbagai macam pabrik, dan digunakan untuk sensor-sensor yang bervariasi seperti sensor aliran cairan, sensor power dan sensor tekanan.

Sensor Efek Hall digunakan untuk mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran atau ketidakhadirannya suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Hall-Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear di-gunakan untuk mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada konduktor dan fungsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit switch, sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika output sebagai interface gerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban dengan buffer amplifier.

1.10. Reflective-Opto Switch

Alat ini terdiri dari pasangan emitter/detektor pada tempat yang sama. Emitter meradi-asikan cahaya UV dan jika tidak ada halangan yang akan memantulkan cahaya tersebut, maka tidak akan ada cahaya yang diterima oleh detektor.

Jika objek pemantul (dengan warna/permukaan yang sesuai) dibuat menghadap alat ini, detektor (photoresistor) mensaturasi output, sehingga terbentuk sinyal logika.

Emitter dan detektor disesuaikan, di mana detektor mempunyai puncak sensitivitas yang bersesuaian dengan panjang gelombang emitter. Seberapa baik pendeteksian suatu objek tergantung pada :

·         Jumlah cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya.

·         Kepekaan photodetector.

·         Jarak antara switch dari objek.

·         Kondisi cahaya dari lingkungan sekitar.

·         Kedudukan tegak lurus permukaan dari pantulan cahaya dengan switch.

1.11. Proximity Switch Induktif

Alat ini diklasifikasikan sebagai berikut :

·      Bersumber daya AC atau DC.

·      2 terminal, di mana beban dihubungkan antara terminal satu dengan sumber AC atau DC, sementara terminal lain merupakan GND.

·      terminal, dua terminal di antaranya adalah sumber tegangan dan GND, sedangkan

terminal lainnya adalah output beban yang dihubungkan dengan sumber tegangan (tipe NPN ) atau ke GND (tipe PNP).

Alat ini terdiri dari suatu osilator, demodulator, trigger, dan switching amplifier.

Alat ini beroperasi dengan prinsip transistor osilator yang operasinya dumped ketika objek metal mendekati elemen yang beresonansi. Efisiensi dumping effect ini tergantung dari tipe metal dan jarak.

Jika objek metal memasuki medan magnet kumparan osilator, arus pusar akan diinduksi pada kumparan yang mengubah amplitudo osilasi. Demodulator akan mengkonversi perubahan amplitudo menjadi sinyal DC yang akan mengaktifkan trigger. Keuntungan Penggunaan Proximity Switch induktif :


·         Tidak perlu ada kontak fisik secara langsung antara pemakai dengan sistem.

·         Dapat bekerja di lingkungan dengan kondisi apapun.

·         Responnya berjalan dengan cepat.

·         Awet dan tahan lama.


1.12. Transduser Pergeseran

Pengubahan sebuah gaya terpasang menjadi pergeseran merupakan dasar bagi berbagai jenis tranducer. Elemen mekanis yang digunakan untuk mengubah gaya terpasang menjadi pergeseran disebut alat-alat penjumlah gaya (force summing devices) yang bagian-bagiannya berupa :
a. Diagfragma, rata atau bergelombang

b.  Tiupan (bellows)

c.   Tabung Boundon, melingkar atau berbelit

d.  Tabung/ pipa lurus

e.   Kantilever massa (mass cantilever), suspensi tunggal atau dobel

f.  Torsi ujung berputer (pivot torque)


1.12.1. Transduser Kapasitive

Karena kapasitansi berbanding terbalik dengan jarak kedua pelat paralel, setiap variasi dalam d menyebabkan variasi pada kapasitansi. Prinsip ini diterapkan pada transducer kapasitif.
Kapasitansi dari sebuah kapasitor pelat paralel diberikan oleh G = (farad)


Cara kerjanya :

-  Gaya diberikan pada diafragma yang berfungsi sebagai salah satu pelat kapasitor, mengubah jarak antara diafragma dengan pelat yang diam.
-  Perubahan kapasitansi yang dihasilkan ini dapat diukur dengan jembatan ac atau sebuah rangkaian osilator.
-  Transducer sebagai bagian dari rangkaian osilator menyebabkan perubahan frekuensi osilator. Perubahan frekuensi ini merupakan ukuran dari besarnya gaya yang dipasang.
1.12.2. Transducer induktif

Dalam transducer induktif pengukuran gaya dilakukan dengan mengubah perbandingan induktansi dari sepasang kumparan atau dengan mengubah induktansi kumparan tunggal. Dalam masing-masing hal, jangkar feromagenetik yang digerakkan/ digeser oleh gaya yang akan diukur mengubah reluktansi rangkaian magnetik. Perubahan induktansi yang dihasilkan merupakan ukuran bagi besarnya gaya yang diberikan. Gambar 6 memperlihatkan variasi senjang udara dengan mengubah posisi jangkar. Perubahan induktansi yang dihasilkan merupakan ukuran bagi besarnya gaya yang diberikan.





(a) Kumparan dobel (b) Kumparan tunggal

Gambar 1.9. Transducer induktif

1.12.3. Transformator selisih yang berubah-ubah (LVDT)

Konstruksi dasar dari sebuah transformator selisih yang berubah secara linier (LVDT - Liniear Variable Differential Transformer) ditunjukkan pada Gambar 1.10.



Gambar 1.10. LVDT

Transformator ini terdiri dari satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder yang ditempatkan pada kedua sisi kumparan primer. Kumparan sekunder mempunyai jumlah gulungan yang sama tetapi mereka dihubungkan seri secara berlawanan sehingga gaya gerak listrik (ggl) yang diindusir didalam kumparan sekunder tersebut saling berlawanan. Posisi dari inti yang dapat bergerak menentukan hubungan fluksi antara kumparan primer yang tereksitasi oleh ac dan masing-masing dari kedua kumparan sekunder.

1.13. Potensiometer

Transduser potensiometrik adalah sebuah alat elektromekanik yang mengandung elemen tahanan yang dihubungkan oleh sebuah kontak geser yang dapat bergerak. Gerakan kontak geser menghasilkan suatu perubahan tahanan yang biasa linier, logaritmis, eksponensial, dan sebagainya, bergantung pada cara dalam mana kawat tahanan tersebut digulungkan.




Gambar 1.11. Potensiometer


1.14. Alat ukur fluksi dan alat ukur Gauss

Alat ukur fluksi (fluxmeter) menggunakan mekanisme kumparan putar khusus yang tidak mempunyai magnet dan potongan kutub. Alat ini ditemapatkan di dalam medan magnet yang tidak diketahui dan arus lewat melalui alat ukur. Defleksi alat ukur fluksi bergantung pada besarnya arus dan kekuatan medan magnet yang tidsak diketahui. Besarnya arus dapat dikontrol dengan sebuah tahanan geser dan dibaca pada sebuah alat ukur untuk defleksi standar pada alat ukur fluksi berbanding dengan kuat medan magnet, dan pembacaan arus merupakan indikasi langsung dari kuat medan magnet.

Alat ukur gauss (gaussmeter) bekerja dengan prinsip berbeda. Torsi yang dikeluarkan oleh induksi magnet terhadap sebuah magnet kecil disetimbangkan oleh torsi pemulih dari sebuah pegas spiral. Magnet kecil ini dibawa ke dalam pengaruh medan magnet yang tidak diketahui dan diputar untuk penunjukan maksimal sebuah jarum penunjuk yang tersambung ke pegas spiral pemulih. Skala instrumen dikalibrasi agar langsung membaca kuat medan medan magnet dalm gauss ataupun weber.

1.15. Galvanometer balistik

Defleksi sebuah galvanometer balistik berbanding langsung dengan muatan listrik yang mengalir melalui kumparannya. Karena muatan dan fluksi dihubungkan oleh sebuah konstanta kesebandingan, defleksi galvanomewter merupakan ukuran fluksi, sehingga untuk memeriksa sifat-sifat bahan magnetic, biasanya satu pengukuran fluksi tunggal tidak cukup. Susunan pengukuran pada gambar 22 memperbolehkan penetuan lup histerisis dari sebuah sample cincin bahan magnetic dengan mengukur fluksimdengan sebuah galvanometer balistik pada nilai gaya magnetisasi yang berlawanan.
Lup histerisis diukur dengan cara berikut : Sakelar mula-mula ditutup dan arus di dalam kumparan primer disetel oleh R1 ke suatu nilai maksimal H yang diinginkan. Sakelar S1 dibalik beberapa kali sehingga sample berada dalam keadaan berputaer dan defleksi galvanometer balistik terbaca. Nilai rata-rata dari pengulangan peengukuran memberikan nilai untuk kerapatan fluksi maksimal B. sekarang sakelar S2 dibuka yang membuat R2 paralel dengan rangkaian arus dan menurunkan gaya magnetisasi dalam jumlah yang kecil. Pengurangan dala kerapatan fluksi B, diperoleh dari defleksi galvanometer dan nilai H yang baru diperoleh dari pembacaan alat ukur.

Beberapa pengukuiran dilakukan dengan memanipulasi pembalikan sakelar S1 sehingga rata-rata B diperoleh. Sekarang S2 ditutup lagi dan sample dikembalikan ke posisi mula-mula dari magnetisasi maksimal. Sekarang tahanan geser R2 diatur sedikit untuk mengurangi arus magnetisasi total, dan suatu susunan pengukuran dilakukan, dimulai dari tyitik awal dari H paling besar.



Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan macam sensor dan transduser yang anda ketahui

1.      Sebuah strain-gage tahanan dengan fakto gage sebesar 2,5 dipasang pada sebuah balok baja yang modulus elastisitasnya adalah 2 x 106 kg/cm2. Strain-gage memiliki tahanan tanpa teregang sebesar 120 yang bertambah menjadi 120,5 , bila balok dipengaruhi oleh takanan geser. Tentukan tekanan geser (stress) pada titik di mana strain gage terpasang !
2.            Gambar dan terangkan prinsip kerja dari LVDT !

3.      Gambarkan rangkaian kontrol on-off dengan menggunakan fotosel dan jelaskan cara kerjanya !
4.      Sebutkan empat jenis transducer pasif dan jelaskan prinsip kerja dan sifat alat untuk masing-masing jenis !
5.      Sebutkan tiga jenis elemen-elemen termometer tahanan, keuntungan dan kekurangannya !
6.      Apa beda antara fotoemisif, fotokonduktif, dan sel fototegangan. Sebutkan pemakaian alat untuk masing-masing sel !
7.      Sebuah strain-gage tahanan dengan faktor gage sebesar 2,4 dipasang pada sebuah balok baja yang modulus elatisitasnya adalah 2 x 106 kg/cm2. Strain gage memiliki tahanan tanpa teregang sebesar 120 yang bertambah menjadi 120,1 bila balok dipengaruhi oleh tekanan geser. Tentukan tekanan geser (stress) pada titik di mana strain gage terpasang !
8.      Sebuah strain-gage tahanan dengan faktot gage sebesar 2 diikat ke sebuah benda baja yang dipengaruhi oleh tegangan geser sebesar 1050 kg/cm2. Modulus elastisitas baja adalah kira-kira 2,1 x 106 kg/cm2. Hitung perubahan tahanan R dari elemen strain gage yang disebabkan oleh tegangan geser yang dikenakan !




BAHAN AJAR
 INSTRUMENTASI ELEKTRONIS
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
  

SENSOR DAN TRANSDUSER



Bab I
Pendahuluan


Dalam kaitannya dengan sistem instrumentasi elektronis, Sensor dan transduser pada dasarnya dapat dipandang sebagai perangkat atau device yang berfungsi mengubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik, sehingga keluarannya dapat diolah dengan rangkaian listrik atau sistem digital (lihat Gambar 1.1). Dewasa ini, hampir seluruh peralatan modern memiliki sensor di dalamnya.

Gambar 1.1. Blok fungsional Sensor/Transduser

Terkait dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, pada saat ini, banyak sensor telah dipabrikasi dengan ukuran sangat kecil sampai orde nanometer sehingga menjadikan sensor sangat mudah digunakan dan dihemat energinya. Gambar 1.2 berikut memperlihatkan salah satu contoh sensor MEMS Gyroscope dalam ukuran satuan mm.


Gambar 1.2. MEMS Gyroscope

Berdasarkan variabel yang diindranya, sensor dikatagorikan kedalam dua jenis : sensor Fisika dan sensor Kimia. Sensor Fisika merupakan jenis sensor yang mendeteksi suatu besaran berdasarkan hukum-hukum fisika, yaitu seperti sensor cahaya, suara, gaya, ke-cepatan, percepatan, maupun sensor suhu. Sedangkan jenis sensor kimia merupakan sen-sor yang mendeteksi jumlah suatu zar kimia dengan jalan mengubah besaran kimia men-


jadi besaran listrik dimana di dalamnya dilibatkan beberapa reaksi kimia, seperti misal-nya pada sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan, serta sensor gas. Gambar 1.3 dan 1.4 dibawah berturut-turut memperlihatkan salah satu contoh sensor besaran fisika dan sensor besaran kimia





Gambar 1.3. Rangkaian komponen Sensor Thermocople (Fisika)






Gambar 1.4. Sensor Kadar Co2 (Kimia)

Sensor digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dimana aplikasinya mencakup berbagai bidang, yaitu seperti: automobile, mesin, kedokteran, indistri, robot, maupun aerospace.

Dalam lingkungan sistem kontrol dan robotika, sensor memberi fungsi seperti layaknya mata, pendengaran, hidung, maupun lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroller sebagai otaknya.
Berikut adalah beberapa jenis sensor yang dapat dijumpai di lapangan 1.1. Sensor proximity

Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.

1.2 Sensor Magnet

Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap.

1.3. Sensor Sinar

Sensor sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.

1.4. Sensor Ultrasonik

Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan

perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.

1.5. Sensor Tekanan

Sensor tekanan - sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya.
Strain gage adalah sebuah contoh transduser pasif yang mengubah pergeseran mekanis menjadi perubahan tahanan. Sensitivitas sebuah strain gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut factor gage (factor gage), K, yang didefinisikan sebagai perubahan satuan tahanan dibagi dengan perubahan satuan panjang.





Perubahan tahanan R pada sebuah konduktor yang penjangnya l dapat dihitung dengan menggunakan persamaan bagi tahanan dari sebuah konduktor yang penampangnya serba sama, yaitu:




tarikan (tension) terhadap konduktor menyebabkan pertambahan panjang l dan pengurangan secara bersamaan pada diameter d.

1.6. Sensor Kecepatan (RPM)

Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.

1.7. Sensor Penyandi (Encoder)

Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga membentuk suatu

Pengkodean dalam susunan tertentu.




1.8. Sensor Suhu

Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu thermocouple (T/C)-lihat gambar 1.6, resistance temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor. Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding. Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas. Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk kelemahan penginderanya. mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat linear.
JTC merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dimana sensor ini dibuat dari sambungan dua bahan metallic yang berlainan jenis. Sambungan ini dikomposisikan campuran kimia tertentu, sehingga dihasilkan beda potensial antar sambungan yang akan berubah terhadap suhu yang dideteksi


Gambar 1.6. Karakteristik Beberapa Jenis Thermocouple J-TC Thermocouple


NTC (Negative Temperature Coefficient)

Lain halnya dengan JTC, NTC merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi hambatan. NTC dibuat dari campuran bahan semikonduktor yang dapat menghasilkan hambatan intrinsik yang akan berubah terhadap temperatur.


Platinum Pt 100


Platinum Pt 100 pada plant kontrol suhu memiliki fungsi yang hampir sama dengan sensor NTC, dimana letak perbedaannya adalah pada bahan pembuatan sensor. Platinum Pt 100 dibuat dari platinum dengan resistansi nominal 100Ω pada suhu 0 oC.





BAHAN AJAR INSTRUMENTASI ELEKTRONIS SENSOR DAN TRANSDUSER

1.9. Sensor Efek Hall Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan perubahan posisinya. Perubahan medan...