Prinsip Kerja Transistor Sebagai Saklar ( Switch )
Thursday, April 13, 2017
Wednesday, April 12, 2017
Rangkaian Pembagi Tegangan (Voltage Divider)
Voltage Divider atau rangkian pembagi tegangan merupakan rangkain yang pada dasarnya terdiri dari komponen resistor dan transistor. rangkaian ini digunakan untuk mengukur atau menentukan besar tegangan, arus, dan tahanan dari suatu rangkaian yang nantinya adalah untuk membuat transisitor yang ada didepannya dapat bekerja, dengan mengkonversi besar kecil resistor yang digunakan
Gambar dibawah menunjukkan bias pembagi tegangan, bias yang paling banyak
digunakan dalam rangkaian-rangkaian diskrit linear. Nama ’pembagi tegangan’
berasal dari pembagi tegangan yang dibentuk oleh R1 dan R2. Tegangan pada R2
membias forward dioda emiter. Seperti rangkaian lainnya, catu VCC membias
reverse dioda kolektor.
Gambar Rangkaian Bias Pembagi Tegangan
Rangkaian bias pembagi tegangan bekerja sebagai berikut. Arus basis, Ib , dalam
rangkaian ini kecil sekali dibandingkan dengan arus dalam R1 dan R2. Akibatnya,
kita dapat menggunakan teorema pembagi tegangan untuk mendapatkan tegangan pada
R2, yaitu:
sehingga
pada lup emiter terjadi persamaan tegangan sebagai berikut:
Sementara itu, persamaan tegangan pada loop kolektor adalah:
VCC + ICRC + VCE +
IERE = 0
karena
IC dan IE hampir sama, maka persamaan ini dapat dituliskan kembali:
VCC + ICRC + VCE +
IERE = 0
VCC + IC (RC+ RE)+
VCE = 0
Sebagaimana
rangkaian bias basis, pada rangkaian bias ini juga dapat digambarkan Garis Beban. Juga dapat diturunkan arus
ICsat , yaitu:
dan
tegangan VCE cut-off , yaitu:
VCE
cut-off = VCC
Contoh Soal :
Sebuah
transistor dirangkai secara bias pembagi tegangan, seperti tampak pada Gambar,
dimana R3/R1 = 20 Kohm,
R4/R2
= 10 Kohm,
RC1 = 4 Kohm,
RE1 = 5
kohm, dan
VCC
= 12 volt.
Gambarkan
garis beban untuk rangkaian ini !!!
sehingga
pada loop emiter terjadi persamaan tegangan sebagai berikut:
V2
+ VBE + IERE = 0
atau
Sementara
itu, persamaan tegangan pada loop kolektor adalah:
VCC
+ ICRC + VCE + IERE =
0
Karena IC dan IE hampir sama, maka:
VCC + ICRC + VCE +
IERE = 0
VCE = VCC - IE
(RC+RE)
VCE = 12 x
0,66 x 9 = 7,13 Volt
Sehingga
arus kolektor saat saturasi adalah :
Maka,
persamaan garis beban dan titik operasinya digambarkan pada Gambar di bawah
ini.
Titik
pertemuan antara arus sebesar 0,66 mA dengan tegangan 7,13 V merupan daerah
aktif pada transistor tersebut.\
Demikian sedikit contoh dan pengertian dari sebuah rangkaian pembagi tegangan atau voltage divier. sebetulnya masih banyak lagi contoh atau konversi dari voltage divider, hanya saja penjelasan diatas merupakan sedikit penjelasan atau dasar dari sebuah rangkaian pembagi tegangan. untuk lebih meningkatkan pengetahuan, Anda dapat mencoba sendiri dalam mengkonversi rangkaian ini, terima kasih.
Mengenal dan Cara Membaca Kode Nomor Pada Badan Transistor
Mengenal dan Cara Membaca Kode
Nomor Pada Badan Transistor
Sering
kali bagi orang orang yang menggeluti dunia elektronika kurang mengenal dan kurang
memperhatikan bahkan cenderung mengabaikan kode penomoran pada badan
transistor, dan justru hanya menggunakan cara instan unutk mengetahui
karakteristik suatu transistor dengan menggunakan Data Sheet memang keunggulannya adalah semua data yang ada lebih
terbukti kebenarannya.. Padahal dengan cara memahami pembacaan kode nomor
transistor kita sudah dapat mengetahui karakteristik transistor itu sendiri.
Setiap
tipe transistor yang dibuat mempunyai nama atau inisial tentangnya yang
dinyatakan dalam huruf-huruf dan angka-angka. Untuk memudahkan cara membaca,
kode angka penandaan standart transistor dibagi menjadi 3, yaitu :
1.
Japanese Industrial Standar ( JIS )
Transistor
Jepang mempunyai nama / inisial yang diawali dengan kode angka 2 seperti 2SA,
2SB, 2SC, 2SD. Angka 2 berarti transistor, dan huruf S adalah singkatan dari
“semiconductor”. Kemudian setelah kode awal 2S ada huruf A, B, C, dan D. Ini
mengambil bentuk dari digit, dua surat, nomor seri ( akhiran ) angka adalah
salah satu kurang dari jumlah kaki. Surat surat menunjukan daerah application.
Lebih mudahnya sebagai berikut.
-
Huruf A berarti : Transistor PNP frekuensi tinggi
-
Huruf B berarti : Transistor PNP frekuensi rendah
-
Huruf C berarti : Transistor NPN frekuensi tinggi
-
Huruf D berarti : Transistor NPN daya/frekuensi rendah
-
SE berarti Dioda
-
SF berarti Thyiristor
-
SH berarti UJT
-
SJ berarti P- Channel FET / MOSFET
-
SK berarti N – Channel FET / MOSFET
-
SR berarti Rectifier
-
SZ berarti Dioda Zener
Setelah
itu ada tiga atau empat angka yang merupakan nomor seri transistor.
Contoh
:
2SA101,
2SA671, adalah transistor PNP untuk frekuensi tinggi
2SD313,
2SD1603 adalah transistor NPN daya untuk frekuensi rendah.
Catatan
:
Nomor
seri adalah antara 10 – 9999, tambahan akhiran menujukan disetujui untuk
digunakan oleh berbagai organisasi Jepang.
Penyebutan
untuk transistor-transistor itu seringkali disingkat saja, misalnya A101, A671,
D313, D1603.
2. JEDEC
( USA)
Transistor Amerika diawali dengan
kode : 2N.
Angka
2 berarti transistor dan huruf N adalah singkatan dari “no-heating” yang mengandung maksud bahwa itu adalah transistor yang
tidak memerlukan elemen pemanas ( heating-elemen/heater ), dan bukan bagian
dari tabung vakum yang selalu mempunyai elemen pemanas, dan tambahan akhiran
menunjukkan penguatan ( Hfe ).
A : low gain ( rendah )
B : medium gain ( sedang )
C : high gain ( tinggi )
Setelah
itu terdapat beberapa angka yang merupakan nomor seri transistor.
Contoh
: 2N307, 2N3569, 2N3055, 2N3771 dan lain-lain.
Catatan
:
Pada
transistor Amerika tidak terdapat kode yang menunjukkan jenis PNP atau NPN.
Untuk mengetahuinya perlu melihat kepada lembaran data transistor yang
bersangkutan.
3. Pro
– Elektron ( EURO )
Transistor Eropa diawali dengan
kode-kode huruf pertama dan huruf kedua.
Huruf
pertama terdiri dari huruf A dan B, huruf kedua adalah C, D, F, L, S, dan U. Huruf
pertama mengindikasikan tentang bahan pembuatannya
-
A berarti : Germanium
-
B berarti : Silikon.
Huruf
kedua mengindikasikan tentang kegunaan utamanya
-
C berarti transistor daya rendah atau transistor daya menengah untuk frekuensi
rendah
-
D berarti transistor daya untuk frekuensi rendah
-
F berarti transistor daya rendah atau transistor daya menengah untuk frekuensi
tinggi
-
L berarti transistor daya untuk frekuensi tinggi
-
S berarti transistor “switching”
-
U berarti transistor untuk penggunaan tegangan tinggi
Setelah kode dari dua huruf pertama terdapat
angka-angka lanjutan yang merupakan nomor seri transistor.
Contoh
:
AC127,
AC178 adalah transistor germanium frekuensi rendah
AD161,
AD162 adalah transistor daya germanium untuk frekuensi rendah
BC107,
BC557 adalah transistor silikon frekuensi rendah
BD139,
BD140 adalah transistor daya silikon untuk frekuensi rendah
BF199
adalah transistor silikon untuk frekuensi tinggi
BLW98
adalah transistor daya silikon untuk frekuensi tinggi
BSX87A
adalah transistor “switching” silikon
BU208 adalah transistor silikon untuk tegangan
tinggi.
Pada
perkembangannya penamaan atau pemberian inisial pada transistor semakin
bervariasi dan lebih mengarah kepada penamaan menurut perusahaan-perusahaan
pembuat transistor. Muncullah nama-nama tipe transistor seperti : TIP41A,
SE4010, NKT10419, ZTX314, ED1602, MPSA90 dan lain-lain.
Besaran-besaran dalam data karakteristik transistor
Setiap
transistor mempunyai data yang memberikan gambaran tentang karakteristiknya.
Data ini disertakan oleh pabrik atau perusahaan yang membuatnya sebagai
keterangan atau patokan dasar berkaitan dengan penggunaan transistor tersebut
di dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Di dalam data transistor itu
disebutkan tentang besaran-besaran tertentu, di antaranya yang terpenting
adalah : Vceo, Ic, Pd max, fT, dan hFE.
Vceo, adalah tinggi tegangan maksimal
antara kolektor dengan emitor dalam keadaan basis terbuka (tidak ada hubungan
atau sambungan). Tegangan kerja antara kolektor dan emitor yang diberikan
kepada transistor harus berada di bawah angka VCEO.
Ic, adalah besar arus maksimal yang
mengalir pada kolektor. Besar arus maksimal ini tidak boleh dilampaui, karena
itu dalam penggunaan transistor besar arus kolektor harus disetel agar
senantiasa berada di bawah IC.
Pd
max, adalah
disipasi daya maksimal transistor. Daya yang dibebankan kepada transistor harus
berada di bawah ketentuan Pd max ini.
fT, adalah frekwensi yang menjadi
batasan kemampuan transistor dalam menanganinya. Transistor tidak bisa digunakan
sebagai penguat atau sebagai osilator pada frekwensi di atas fT.
hFE adalah faktor penguatan arus.
Penyetelan arus basis akan mempengaruhi besar arus pada kolektor transistor,
sebab arus kolektor adalah arus basis dikalikan dengan hFE.
Susunan elektroda transistor
Selain
karateristik dank ode diatas, transistor mempunyai bentuk yang bermacam-macam
dan susunan elektroda (kaki-kaki) transistor pun bermacam-macam pula. Di
antaranya yang paling umum adalah :
Penjelasan :
(a)
adalah untuk tipe transistor lama seperti : A101, B178, AC127, AC178, 2N207 dan
lain-lain atau yang berbentuk serupa
dengan itu.
(b)
adalah untuk tipe BC107, BC108, BC109 dan lain-lain yang berbentuk serupa
dengan itu.
(c)
adalah untuk tipe A1027, C458 ( produksi lama) dan lain-lain atau yang
berbentuk serupa dengan itu.
(d)
adalah untuk tipe SE4010, ED1402, ED1406 dan lain-lain atau yang berbentuk
serupa dengan itu.
(e)
adalah untuk tipe A733, A643, A844, A1015, C828, C829, C930, C945, C1815.
Hampir semua transistor Jepang yang berbentuk serupa dengan itu mempunyai
susunan kaki-kaki elektroda yang sedemikian.
(f)
adalah untuk tipe BC237, BC547, BC548, BC557, BC558, BC560 dan lain-lain.
Hampir
semua transistor Eropa dengan inisial awal BC atau BF yang berbentuk serupa
dengan itu mempunyai susunan kaki-kaki elektroda yang sedemikian.
(g)
adalah untuk tipe 2N3569, 2N4355, 2N2222, FCS9011, FCS9012, FCS9013 dan
lain-lain.
Hampir
semua transistor Amerika dengan inisial awal 2N, MPS atau MPSA, dan FCS yang
berbentuk serupa dengan itu mempunyai susunan kaki-kaki elektroda sedemikian.
(h)
adalah untuk tipe A715, C1162, BD135, BD139, BD140 dan lain-lain.
Semua
transistor Jepang, Eropa dan Amerika yang berbentuk serupa dengan itu mempunyai
susunan kaki-kaki elektroda sedemikian, kecuali beberapa jenis yang diproduksi
oleh China.
(i)
adalah untuk tipe A670, C1061, B507, D313, TIP31, TIP41, MJE13007 dan
lain-lain.
Semua
transistor Jepang, Eropa dan Amerika yang berbentuk serupa dengan itu mempunyai
susunan kaki-kaki elektroda sedemikian.
(j)
dan (k) adalah untuk tipe A1106, B688, C2581, D718, TIP2955, TIP3055 dan
lain-lain.
Semua
transistor Jepang, Eropa dan Amerika yang berbentuk serupa dengan itu mempunyai
susunan kaki-kaki elektroda sedemikian.
(l)
adalah untuk tipe C1080, 2N3055, 2N3771, BU208, MJ15004 dan lain-lain.
Semua
transistor Jepang, Eropa dan Amerika yang berbentuk serupa dengan itu mempunyai
susunan kaki-kaki elektroda sedemikian.
(m)
adalah untuk tipe A1216, B755, D845, C2922 dan lain-lain atau yang berbentuk
serupa dengan itu.
Demikian
sedikit gambaran dan pengetahuan tentang cara mudah mengenal dan membaca kode
penomoran pada badan transistor. Sebetulnya masih banyak lagi yang perlu
diulas. Bagi adik adik yang masih duduk dibangku sekolah diharapkan untuk berkonsultasi kepada
Bapak Ibu guru pembimbing apabila terdpat istilah yang asing agar lebih jelas.
Dan sering seringlah untuk mencari informasi yang lebih konkrit lagi. Sekian
dan terima kasih.
Subscribe to:
Posts (Atom)
BAHAN AJAR INSTRUMENTASI ELEKTRONIS SENSOR DAN TRANSDUSER
1.9. Sensor Efek Hall Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan perubahan posisinya. Perubahan medan...
-
Memperkirakan Kebutuhan Daya Listrik Rumah Tinggal Seringkali muncul pertanyaan: Bagaimana menghitung kebutuhan daya listrik pada ruma...
-
Rangkaian Pembagi Tegangan (Voltage Divider) Voltage Divider atau rangkian pembagi tegangan me...
-
BAB I PENGENALAN ALAT UKUR DAN BAHAN 2.2. Tujuan Setelah menyelesaikan praktikum ini, peserta diharapkan : 1. Mampu m...